Sinonim Kehidupan
Wednesday, August 16, 2017
Saya terkadang berfikir di dunia ini
setiap orang mempunyai porsinya masing-masing untuk menerima kebahagiaan dan
kesedihan di dalam hidupnya. Berawal dari saya melihat 2 anak kecil perempuan tadi
jam 10 malam, sedang membawa karung besar, yang aku berfikir mungkin isinya
plastik, sampah-sampah bekas kemasan makanan didalamnya. Maksudku heei ini jam
10 malam, dan cuaca di Malang saat ini sedang dingin-dinginnya 18 derajat
celcius. Aku yang berpakaian menggunakan jaket tebal pada saat itu sangat tidak
betah berada di luar rumah, udara yang terlalu dingin dan angin yang terasa
menusuk kulit ini. Tapi anak itu membawa karung, dengan wajah lusuh, rambut
berantakan, dan pakaian yang kotor. Mereka masih di luar untuk bekerja,
mengumpulkan sampah. Aku bisa melihat wajah lelah yang di tampakkan dua gadis
itu, aku tidak tahu mulai dari jam berapa mereka telah bekerja ini. Mengapa mereka
belum pulang dan istirahat saja di tempat tinggal mereka di cuaca seperti ini.
Itulah mengapa terkadang saya berfikir setiap orang memiliki porsi kebahagiaan
dan kesedihannya, ada yang mendapat porsi kebahagiaan yang banyak, ada pula
yang hanya mendapat sedikit porsi kebahagiaan itu. Ya walau itu tetap bisa di
bilang kebahagiaan, karena kebahagiaan bisa kita bentuk sendiri, kebahagiaan
bisa di temui dimana saja, kata mereka juga kebahagiaan bukan hanya materi..
yaa aku setuju sih tentang pernyataan seperti itu. Namun beberapa orang yang
kulihat seperti gadis tadi, mereka kurang beruntung, di banding aku yang
setelahnya bisa beristirahat dan mendengarkan musik di cuaca seperti itu.
Porsi kebahagiaan yang aku miliki dan
gadis itu memiliki jelas berbeda, aku memiliki posi kebahagiaan yang jelas
lebih banyak. Itulah yang membuat ku berfikir seseorang punya kebahagiaannya
dan kesedihannya masing-masing yang jelas berbeda. Beberapa orang ada yang
memiliki porsi kesedihan yang jauh lebih banyak ketimbang kebahagiaannya. Ada
pula yang selalu berbahagia dari sejak lahir, dan hanya sedikit mengalami
kesulitan dalam hidupnya. Terkadang muncul sebuah kegetiran, aah ironi beberapa
gadis disana yang memiliki paras yang
sangat cantik, rambut yang sangat indah, mengenakan baju yang bagus sedang
memakan hidangannya di suatu tempat makan yang aku lihat pada saat itu, lantas
membiarkan makanannya tersisa dan membuangnya. Sementara gadis lain yang belum
seberuntung mereka. Aku tidak pernah menyalahkan gadis yang menyisahkan makanan
itu, aku bahkan tidak membenci orang yang melakukan itu…terserah mereka, aku bukan
tipikal manusia seperti “polisi moral” yang harus geram, atau marah ketika mereka
yang beruntung melakukan hal itu.
Aahh iya semua orang sudah memiliki
takdirnya masing-masing, I mean yeaah the world is work that way. Every people
are working really hard, mereka semua berusaha, mereka semua berkerja, mereka
semua tidak menyerah akan kehidupan. Tapi hasil yang mereka hasilkan belum
tentu sama besar semua, walaupun mereka sama-sama bekerja dengan sepenuh hati,
bekerja dengan senyumnya, bekerja menguras waktu yang mereka miliki. Beberapa
pegawai swasta atau negeri bekerja selama 8 jam dari pagi hingga sore, dan
mendapat gaji mereka untuk biaya kehidupannya. Mereka bekerja keras I know, yaa
mereka lelah juga.. namun aku juga menemukan fenomena saat aku pergi mendaki
gunung bersama teman ku beberapa minggu yang lalu, dimana penjual gorengan yang
berjualan di setiap pos saat aku mendaki gunung saat itu. Mereka bekerja setiap
hari dari pagi sampai sore, yaa sama sih waktu kerjanya dengan pegawai-pegawai itu.
Tapi effort yang di butuhkan saat mereka bekerja dibutuhkan jauh lebih banyak,
dan melelahkan, bayangkan saja tiap hari berjualan dan mereka harus mendaki dan
pergi ketempat pos-pos mereka berjualan. Ada pedagang yang berjualan pos 1
dimana pos itu dekat dari tempat awal mendaki, ada pula yang harus berjualan di
pos atas di mana itu sangat jauh dan mereka harus mendaki dulu ketempat yang
sangat jauh dan tinggi, hanya untuk sekedar berjualan gorengan dan beberapa
buah-buahan. Mereka kedinginan setiap hari, untuk menunggu dagangannya laku
hingga sore, setelah sore tiba mereka harus kembali turun dari gunung, untuk
berjualan lagi di keesokan harinya. Aku tidak bisa membayangkan betapa lelahnya
para pedagang itu setiap hari usaha yang mereka lakukan, mereka bekerja sama
kerasnya, mereka juga bekerja dengan keringat mereka demi kehidupannya.
Aku tidak pernah membenci kemiskinan,
atau kesulitan dalam hidup, Aku tidak percaya strata dalam pekerjaan, aku tidak
percaya ada yang orang yang di gaji 10 milyar perbulan, dan aku tidak percaya
ada ibu tua yang bekerja keras dan diiringi doa setiap hari dan memiliki gaji hanya
10 ribu. Aku bahkan tidak percaya ada orang yang dengan mudah dan entengnya
berkata itu sih salah mereka sendiri, itu mah akibat sistem, itu akibat
kemalasan mereka sendiri sehingga seperti itu. Iyaaa mereka yang bekerja setiap
hari mendaki gunung dan membawa gorengan, kedinginan, sakit yang mereka rasakan
di punggung dan kakinya setiap hari yang mereka lakukan itu adalah sebuah
kemalasan dalam hidupnya.
Dunia itu adil, kata orang beragama
juga Tuhan itu adil kesesama umatnya. Iyaa aku juga setuju dengan itu, but when
you see the world is not fair with some people, maka buatlah dunia itu adil. Go
changes make some impact, make some happiness ke orang di sekitarmu. Aku tahu
aku yang mengetik tulisan ini dan orang yang membaca tulisan ku ini saat ini
adalah beberapa orang yang memiliki kebahagiaan yang banyak di banding mereka
di luar sana.
0 comments